Menyongsong Pagi, Menikmati Lukisan Sang Pencipta…

Gambar

Pagi berbalut udara dingin kota Malang, ditandai dengan detak-detak kehidupan yang mulai beranjak dengan ritmenya. Awan tipis seakan menyelimuti bintang-bintang yang masih bersinar. Aku berangkat memacu kuda besi ini perlahan, menghampiri beberapa teman disana. Tanpa menunggu lama kita berjalan menyusuri jalanan yang masih terasa dingin tanpa hangar bingar kendaraan bermotor, menikmati lembutnya angin pagi yang menyentuh kulit. Berhenti sesaat di depan kedai malam dengan lampu temaram dengan orang-orang pagi yang masih terbalut sarung lusuh di tubuh mereka, membeli 2 bungkus kopi hitam untuk sekedar penghilang kantuk nantinya.

Berangkat kembali melalui jalanan mendaki diantara naungan villa-villa dan aroma pohon pinus yang masih tercium segar, menyoroti gelapnya jalanan dengan lampu-lampu kuda besi seakan mengikuti alur jalan yang cukup berliku. Sesekali berpapasan dengan truk-truk sayur yang mulai berangkat menuju tempat-tempat dimana mereka memulai kehidupan hari ini. Memadangi sekeliling dan terlihat petani-petani mulai bersiap di hari yang masih gelap dibawah terpaan sinar bulan dan kilatan sinar bintang-bintang yang ramah menyapa pagi.

Sampai tujuan, tempat masih terlihat gelap tanpa lampu yang cukup untuk menerangi. Kami mulai naik sembari menikmati lampu-lampu kota yang masih menyala jauh dibawah sana, kota masih sedikit terlelap dengan dinginnya udara Kota Batu, orang-orang masih terbaring hangat dibawah selimut mereka seakan lupa bahwa kehidupan sudah sampai pada tahap berikutnya.

Menatap jauh disana, gunung-gunung seakan enggan bergerak tertutup kabut tipis menyelimuti lereng-lereng bisunya. Nuansa biru memenuhi langit dengan coretan awan-awan kelabu tipis menambah ornament-ornamen indah pada kanvas langit yang tak berbatas. Rona merah mulai terlihat menjadi alas dari bukit dan gunung, seakan mulai bangun dari tidur untuk menandai hari baru yang lebih baik. Bias sinar mentari tergambar jelas pada awan-awan tipis yang mulai memerah seakan mendukung heningnya suasana dengan lantunan lagu ‘Stairway To Heaven’ yang terdengan sayup dari teriakan speaker handphone.

Pagi mulai tampak merah, meskipun mentari masih malu-malu jauh disana dibalik pegunungan dan bukit-bukit tinggi, awan biru dengan nuansa kuning dan merah didepan mata menyapa lembut dengan sedikit kehangatan dari kopi hitam di gelas air mineral dan sebatang rokok yang masih menyala, dan sesekali terhembus asap seakan berjuang melawan dinginnya udara pegunungan.

Kami adalah manusia-manusia pagi dan kami ingin pagi kami menjadi sebuah harapan yang baik untuk menapaki sisa kehidupan hari ini dan hari esok. Kami tidak tahu dimana Tuhan kami berada dan kami masih mencari dan mencari. Pencarian seolah tak akan pernah berakhir sampai fase kehidupan berikutnya. Tapi paling tidak kami tahu bahwa Tuhan menciptakan fenomena-fenomena alam seperti pagi ini, dan disinilah kami tahu bahwa Tuhan menciptakan sebuah lukisan indah tentang pagi, diatas kanvas besar alam raya yaitu bumi dan langit yang seolah tertuang oleh nuansa biru dan putih kelabu awan. Tuhan, kami tahu bahwa kami hanya orang-orang yang kecil dihadapan-Mu, dan beginilah cara kami menikmati begitu agungnya Dirimu dengan lukisan-lukisan alamMu. Terima kasih Tuhan, Kau sudah memberikan kami indera yang baik untuk merasakan begitu mulianya ciptaanMu. Allah Maha Besar.

Tinggalkan komentar